Ma'rifat Kasunyatan: Jalan Sunda Menuju Kesejatian Diri dan Tuhan



MKSBogor.web.id - Dalam kebudayaan Sunda, nilai-nilai kehidupan tidak hanya berpijak pada aspek lahiriah semata, tetapi juga menyentuh kedalaman batin, rasa, dan spiritualitas. Salah satu konsep mendalam yang hidup dalam nalar spiritual masyarakat Sunda adalah Ma'rifat Kasunyatan. Ungkapan ini mengandung filosofi luhur tentang perjalanan manusia untuk mengenali dirinya, dunianya, dan Tuhannya.


Makna Ma'rifat Kasunyatan


Ma'rifat adalah istilah dalam khazanah tasawuf yang berarti pengenalan mendalam terhadap Tuhan melalui hati dan kesadaran spiritual, bukan sekadar pengetahuan akal. Sedangkan Kasunyatan berasal dari kata sunyata (Jawa-Sunda) yang berarti kenyataan sejati, yaitu hakikat di balik semua yang tampak.


Jika digabungkan, Ma'rifat Kasunyatan bermakna:


Proses mendalam untuk mengenal hakikat kebenaran tertinggi, sebagai jalan menuju Tuhan dan kesejatian diri.


Dalam kearifan lokal Sunda, nilai-nilai ini tercermin dalam laku hidup sehari-hari, seperti lemah lembut (lemes), tenggang rasa, ngajén ka batur (menghormati sesama), serta kesadaran akan hubungan manusia dengan alam dan Gusti (Tuhan).


Filosofi Sunda: Rasa, Cipta, Karsa, dan Kecermatan Spiritual


Orang Sunda memiliki pandangan hidup yang menempatkan rasa sebagai pusat kendali laku dan perilaku. Mereka diajarkan untuk:


  • Ngajén ka salira (menghargai diri),
  • Ngajén ka sasama (menghargai sesama),
  • Ngajén ka Nu Maha Kawasa (menghargai Tuhan).


Semua itu berangkat dari kesadaran batin—proses ma'rifat—yang menuntun pada pemahaman hakikat atau kasunyatan. Seorang yang menapaki jalur ini akan lebih bijak dalam berkata, tenang dalam menghadapi cobaan, dan tidak mudah terombang-ambing oleh dunia luar.


Ma'rifat dalam Kehidupan Sehari-hari Orang Sunda


Konsep Ma'rifat Kasunyatan tidaklah asing dalam praktik kehidupan masyarakat Sunda tradisional. Misalnya:


  • Petani yang menanam dengan penuh kesabaran dan syukur adalah cermin ma'rifat kepada alam.
  • Ibu rumah tangga yang melayani dengan tulus adalah bentuk ma'rifat kepada keluarga.
  • Leluhur Sunda mengajarkan “ulah ngaliwatan kana rasa” (jangan menyalahi rasa) sebagai panduan moral dan etika.


Dengan begitu, Ma'rifat Kasunyatan bukan sekadar konsep tinggi yang sulit dijangkau, tapi justru hadir dalam tindakan sehari-hari: kesederhanaan, kejujuran, kepedulian, dan keikhlasan.


Ma'rifat Kasunyatan sebagai Warisan Budaya dan Jalan Spiritual


Di tengah arus modernisasi yang cenderung materialistik, warisan Ma'rifat Kasunyatan layak dihidupkan kembali. Ia bukan hanya milik para sufi atau kasepuhan, tapi milik siapa saja yang ingin menemukan makna sejati hidup.


Bagi orang Sunda, kembali ke Ma'rifat Kasunyatan berarti:


  • Menjadikan hidup lebih bermakna,
  • Menemukan jati diri sejati,
  • Dan lebih dekat kepada Tuhan Yang Maha Suci.


Ma'rifat Kasunyatan adalah jalan sunyi yang sarat makna. Jalan ini menuntun orang Sunda untuk tidak sekadar hidup, tetapi ngahuripkeun (menghidupkan hidup) dengan rasa, cinta, dan kesadaran akan Sang Maha. Di sanalah letak kesejatian diri yang hakiki, dan di sanalah kita berjumpa dengan Tuhan — bukan hanya dalam doa, tapi juga dalam laku dan rasa sehari-hari.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama