Anak-Anak Tahfidz Antusias Ikuti Program Capetang Bahasa Sunda: Wujud Cinta Budaya di Tengah Kota Bogor

 


MKS BOGOR

Sebanyak 25 anak, terdiri dari 7 anak laki-laki dan 18 anak perempuan yang merupakan santri Tahfidz Al-Qur’an Darul Aulad, mengikuti dengan penuh semangat program pembelajaran bahasa Sunda dalam kegiatan Capetang Bahasa Sunda. Program ini dilaksanakan rutin setiap hari Rabu sore, pukul 15:00 hingga 19 :30 WIB, dan terbuka untuk masyarakat umum, khususnya yang berdomisili di wilayah Lebak Pasar, Belong, dan Pulo Geulis, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor yang di laksanakan di kantor sekretariat KMS BOGOR .


Program Capetang ini tidak hanya menjadi sarana edukasi bahasa daerah, tetapi juga menjadi media pelestarian budaya Sunda bagi generasi muda. Melalui pendekatan yang santai namun sarat nilai budaya, anak-anak diajak mencintai dan memahami bahasa ibu mereka dengan cara yang menyenangkan.


Kegiatan ini digagas dan didampingi oleh Ma’rifat Kasunyatan Sunda (MKS) Bogor, sebuah lembaga kebudayaan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap eksistensi budaya Sunda. MKS Bogor meyakini bahwa pelestarian bahasa daerah harus dimulai dari usia dini, dan melalui pendekatan komunitas seperti ini, nilai-nilai budaya akan lebih mudah ditanamkan secara alami.

Program Capetang bahasa Sunda ini dibagi dalam beberapa kelas atau bagian, Untuk usia dini pengajaran dimulai pukul 14: 00 WIB, dilanjutkan dengan kelas usia sekolah dasar, dan di jam berikutnya untuk usia SMP sampai usia SMA pada pukul 19:30 WIB sehabis Waktu Sholat Isya.


“Kami sangat bahagia melihat antusiasme anak-anak dalam mengikuti Capetang Bahasa Sunda. Mereka bukan hanya belajar berbicara dalam bahasa Sunda, tapi juga memahami filosofi, tata krama, dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya,” ujar Ustad M.Syafriel ( Abi ) sebagai pengajar dan juga ketua MKS Bogor.


Ke depannya, MKS Bogor berkomitmen untuk memperluas jangkauan program Capetang Bahasa Sunda ini dengan menggandeng lebih banyak lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Harapannya, seluruh masyarakat Jawa Barat, khususnya warga Kota Bogor, tetap mampu menjaga, menggunakan, dan melestarikan bahasa Sunda sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya mereka.


Program ini menjadi contoh nyata bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan dengan cara yang inklusif, merangkul semua lapisan masyarakat, dan tentu saja dimulai dari para generasi penerus bangsa.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama