Mengapa ajaran Tri Tangtu di Buana Mulai Dilupakan ?


MKS BOGOR

Dalam dunia modern, nilai-nilai Tri Tangtu semakin sulit ditemukan. Pengaruh budaya asing secara perlahan menggeser jati diri masyarakat Sunda, membuat mereka semakin jauh dari akar budaya aslinya. Sebuah peribahasa Sunda menggambarkan fenomena ini:


“Sukleuk leuweung, sukleuk lampih, jauh kasintung kalapa, lieuk deungeun lieuk lain, jauh indung kabapa.”


Artinya, kehidupan telah melenceng dari nilai-nilai dasarnya. Orang-orang semakin asing dengan sesamanya, bahkan dengan keluarga dan leluhur mereka sendiri.


Namun, para leluhur Sunda telah memberikan pesan penting:


“Teundeun di handeuleum sieum, tunda di hanjuang siang, tunda ala’eun sampeureun jaga.”


Maknanya, kita harus cermat dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang berharga. Apa yang diwariskan leluhur bukan sekadar tradisi, tetapi juga pedoman hidup yang harus kita jaga untuk generasi mendatang.


Tri Tangtu bukan sekadar filosofi kuno, tetapi sebuah kearifan yang masih relevan. Sudah saatnya kita kembali menghidupkan nilai-nilai ini, agar kehidupan menjadi lebih harmonis, berimbang, dan bermakna.


Kalau di Kerajaan2 Sunda ada ajaran Tri Tangtu di Buana, 3 Pilar Utama yg mendukung kokohnya sebuah negara :


1. Karamaan, berada di wilayah Jagad Daranan : yaitu tempat Raja Sepuh mengajarkan para calon pemimpin pada kebenaran dan kesejahteraan termasuk di dalamnya ilmu perang, pertanian, irigasi, teritorial dan ilmu pemerintahan. Ditandai dengan kokohnya Keraton Luhur

2. Karesian, berada di wilayah Jagad Kerta : yaitu tempat Raja Resi mengajarkan para calon pemimpin budi pekerti dan ketauhidan termasuk di dalamnya ilmu membersihkan batin dan menahan hawa nafsu duniawi. Ditandai dengan kokohnya Keraton Madya

3. Karatuan, berada di wilayah Jagad Palangka: yaitu tempat Raja/ Ratu memimpin rakyatnya dengan adil, bijaksana dan mengatur stabilitas ekonomi negara. Ditandai dengan kokohnya Keraton Handap

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama